Ada banyak pasar unik di dunia ini. Termasuk di Indonesia. Salah satu pasar tradisional unik dan ekstrem di Indonesia, adalah pasar Tomohon. Berbagai kuliner ekstrem dijual disini. Dan bukan rahasia lagi, jika banyak wisatawan luar yang tidak kuat ketika melihat beragam kuliner ekstrem di pasar Tomohon.
Meski demikian, keamanan dan keselamatan pengunjung pasar terjamin. Beda dengan pasar tradisional yang ada di Thailand. Pernahkah terbayangkan oleh Anda kereta lewat tiba-tiba ditengah pasar? Di pasar Maeklong, Thailand, pemandangan mengerikan ini bukanlah hal yang aneh.
Meski demikian, keamanan dan keselamatan pengunjung pasar terjamin. Beda dengan pasar tradisional yang ada di Thailand. Pernahkah terbayangkan oleh Anda kereta lewat tiba-tiba ditengah pasar? Di pasar Maeklong, Thailand, pemandangan mengerikan ini bukanlah hal yang aneh.
Ketika memasuki pasar ini jangan kaget jika tiba-tiba kereta melintas ditengah pasar tradisional ini. Jika tidak hati-hati, bisa-bisa nyawapun menjadi korbannya. Maka dari itu banyak yang menjuluki pasar Maeklong sebagai pasar paling berbahaya di dunia.
Sekilas, Pasar Maeklong di Thailand terlihat sama seperti pasar tradisional lainnya, menjual buah dan sayuran. Tapi ternyata, pasar ini adalah yang paling berbahaya di dunia. Bayangkan, lapak dagangannya cuma berjarak 2 meter. Bahkan ada yang nekat menantang maut dengan menggelar lapak dagangannya tidak berjarak sama sekali dari rel kereta.
Pasar Maeklong atau yang juga biasa dikenal dengan nama Pasar Kereta Api Maeklong adalah pasar tradisional di Samut Songkhram, Thailand. Pasar ini dikenal sebagai yang paling berbahaya di dunia. Bukan karena barang yang dijualnya, tapi karena lokasinya yang sangat dekat dengan rel kereta api.
Pasar Maeklong atau yang juga biasa dikenal dengan nama Pasar Kereta Api Maeklong adalah pasar tradisional di Samut Songkhram, Thailand. Pasar ini dikenal sebagai yang paling berbahaya di dunia. Bukan karena barang yang dijualnya, tapi karena lokasinya yang sangat dekat dengan rel kereta api.
Jika biasanya pasar hanya mengambil lahan di bantaran rel, sekitar 5-10 meter dari rel, tapi pasar ini cuma butuh 2 meter untuk menggelar lapaknya. Bukan hanya itu, pedagang di sini juga mendirikan tenda hingga ke tengah rel. Lalu, bagaimana jika kereta datang?
Seperti yang dilansir dari situs Migrationology, Kamis (3/1/2013), Pasar Maeklong seperti akan 'membeku' saat kereta datang. Para pedangang dan pembeli seakan sudah lihai dengan semua itu.
Begitu sirine berbunyi tanda kereta akan datang, semua bersiap. Para pembeli akan melipir ke tempat paling aman yang jauh dari kereta. Sedangkan pedagang akan merapihkan tenda mereka.
Seperti yang dilansir dari situs Migrationology, Kamis (3/1/2013), Pasar Maeklong seperti akan 'membeku' saat kereta datang. Para pedangang dan pembeli seakan sudah lihai dengan semua itu.
Begitu sirine berbunyi tanda kereta akan datang, semua bersiap. Para pembeli akan melipir ke tempat paling aman yang jauh dari kereta. Sedangkan pedagang akan merapihkan tenda mereka.
Uniknya, tenda yang mereka buat memang sengaja didesain untuk bisa dilipat. Mereka hanya perlu menggotong tiang tenda jauh dari rel. Sedangkan barang dagangannya tidak ada yang disingkirkan.
Kereta akan berjalan pelan, sekitar 15 km/jam. Bagian bawah kereta hampir menyentuh barang dagangan di pasar ini. Para pendagang seakan sudah fasih menaruh barang jualannya agar tidak terkena kereta, walau hanya dengan jarak 2 cm dari rel.
Setelah kereta melintas, para pedagang akan menggelar lagi tenda mereka. Pembeli berdatangan, aktivitas pasar normal kembali. Para pembeli akan menjadikan rel sebagai jalan setapak untuk mereka, berpindah dari toko yang satu ke toko lainnya.
Sebenarnya, sudah berulang kali pemerintah setempat berusaha mengusir para pedangang. Tapi apa boleh buat, penjual di pasar ini mengaku mereka sudah menempati tempat ini lebih dulu jauh sebelum rel dibuat, yaitu pada tahun 1905.
Setiap harinya, pasar ini akan dilalui kereta sebanyak 7 kali. Pagi hari ada 4 kereta yang lewat, dan sisanya siang dan sore hari. Para pedangan seperti sudah hapal dengan jadwal lewatnya kereta. Jadi, mereka sudah siap untuk merapikan tendanya. Apakah Anda berani berbelanja di pasar ini?
Kereta akan berjalan pelan, sekitar 15 km/jam. Bagian bawah kereta hampir menyentuh barang dagangan di pasar ini. Para pendagang seakan sudah fasih menaruh barang jualannya agar tidak terkena kereta, walau hanya dengan jarak 2 cm dari rel.
Setelah kereta melintas, para pedagang akan menggelar lagi tenda mereka. Pembeli berdatangan, aktivitas pasar normal kembali. Para pembeli akan menjadikan rel sebagai jalan setapak untuk mereka, berpindah dari toko yang satu ke toko lainnya.
Sebenarnya, sudah berulang kali pemerintah setempat berusaha mengusir para pedangang. Tapi apa boleh buat, penjual di pasar ini mengaku mereka sudah menempati tempat ini lebih dulu jauh sebelum rel dibuat, yaitu pada tahun 1905.
Setiap harinya, pasar ini akan dilalui kereta sebanyak 7 kali. Pagi hari ada 4 kereta yang lewat, dan sisanya siang dan sore hari. Para pedangan seperti sudah hapal dengan jadwal lewatnya kereta. Jadi, mereka sudah siap untuk merapikan tendanya. Apakah Anda berani berbelanja di pasar ini?
No comments:
Post a Comment