Topi koboi, rompi dan sepatu bot membuat Ray Allen terlihat berbeda di Sulaymaniyah, Irak. Penduduk lokal pun tak ada yang percaya bahwa dirinya adalah seorang Muslim.
"Tak seorang pun di Irak percaya ketika saya mengatakan saya seorang Muslim," ungkap koboi urban dari Texas ini pada The Islamic Monthly, Kamis (19/12).
"Mereka ingin bukti jadi saya melafalkan Surah Al-Fatihah," tambahnya.
Proses Allen menjadi Islam terbilang cukup panjang dan berliku. Perkenalannya akan Islam di mulai dari 20 tahun silam ketika Ia bertugas sebagai tentara di Arab Saudi. "Saya berusia 19 tahun ketika berada di Taif," kenangnya
Di sana, Allen mulai banyak tahu mengenai Islam dan kebudayaannya. Banyak hal mengagumkan yang Ia temui ketika berada disana seperti melihat orang salat seketika suara adzan berkumandang. Hal lain yang membuatnya takjub adalah keramahan penduduk pribumi.
Masyarakat pribumi yang merupakan seorang Muslim mampu bersikap sangat ramah terhadap dirinya yang notabennya adalah seorang tentara asing. "Saya serta tim saya masih penggunakan rompi anti peluru dan baju militer lengkap lalu diundang untuk minum teh oleh penduduk setempat di sebuah pasar. Aku tidak akan pernah melupakannya," katanya.
Hal tersebut tak lantas membuatnya jatuh hati kepada Islam akan tetapi Ia menjadi lebih banyak tahu tentang umat islam yang sesungguhnya. Keinginan untuk berpindah menjadi seorang muslim juga terkendala faktor keluarga. Ia tumbuh dalam lingkungan katolik yang taat terlebih lagi kedua orang tuanya.
"Saya tidak bisa menjadi Muslim ketika kedua orang tua saya masih hidup . Saya pikir itu akan menyakiti mereka terlalu banyak, " akunya.
Seiring waktu berlalu, keinginannya untuk menjadi Muslim kembali tumbuh setelah Ia mendapatkannnya dirinya dalam keadaan yang cukup terpuruk. Ia mengalami kegagalan dalam berumah tangga dan kedua orang tuanya meninggal karena penyakit kanker.
Situasi ini menajdi titik balik dalam hidupnya. Mulai tahun lalu, Ia yang tinggal sendirian di Texas mulai mencari tahu Islam dengan mendatangi masjid lokal. Akan tetapi hal ini bukan tanpa kendala dimana hampir semua masjid disana menyampaikan khotbhahnya dalam bahasa Arab.
Meski begitu, ia tak patah arang mengingat Ia mulai mantap untuk memeluk Islam. Ia pun lantas belajar Arab dengan inten mendatangi masjid-masjid lokal di sana. "Saya akan pergi ke masjid lokal dan mencoba untuk belajar bahasa Arab," katanya.
Mulai tahun lalu pun Ia sudah menasbihkan dirinya sebagai Muslim. Mulai tahun lalu pun Ia terus menyelami Islam lebih dalam lagi hingga sekarang.
Bahkan untuk lebih memperdalam lagi mengenai Islam, kini Ia berada di Irak. Allen merasa dengan begini akan lebih mudah untuk menerapkan Islam. "Saya pikir saya akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengajar Islam tapi melelahkan .
Seharusnya saya Islam sejak lama , " katanya . Setiap minggu, kini Ia menghadiri shalat Jumat dan duduk dengan sabar bersama pria lainnya mendengarkan khotbah dalam bahasa Kurdi. "Di Suly (Sulaymaniyah), adzan terdengar seperti membuka pintu garasi. Aku pernah mendengar melodi yang lebih merdu di Istanbul," katanya sembari tertawa .
"Aku akan merindukan menggunakan kata-kata seperti Alhamdulilah dan Masya Allah dalam percakapan sehari-hari ketika kembali ke Texas. Aku tidak bisa melakukan ini di Amerika dengan semua orang," pungkasnya.
"Mereka ingin bukti jadi saya melafalkan Surah Al-Fatihah," tambahnya.
Proses Allen menjadi Islam terbilang cukup panjang dan berliku. Perkenalannya akan Islam di mulai dari 20 tahun silam ketika Ia bertugas sebagai tentara di Arab Saudi. "Saya berusia 19 tahun ketika berada di Taif," kenangnya
Di sana, Allen mulai banyak tahu mengenai Islam dan kebudayaannya. Banyak hal mengagumkan yang Ia temui ketika berada disana seperti melihat orang salat seketika suara adzan berkumandang. Hal lain yang membuatnya takjub adalah keramahan penduduk pribumi.
Masyarakat pribumi yang merupakan seorang Muslim mampu bersikap sangat ramah terhadap dirinya yang notabennya adalah seorang tentara asing. "Saya serta tim saya masih penggunakan rompi anti peluru dan baju militer lengkap lalu diundang untuk minum teh oleh penduduk setempat di sebuah pasar. Aku tidak akan pernah melupakannya," katanya.
Hal tersebut tak lantas membuatnya jatuh hati kepada Islam akan tetapi Ia menjadi lebih banyak tahu tentang umat islam yang sesungguhnya. Keinginan untuk berpindah menjadi seorang muslim juga terkendala faktor keluarga. Ia tumbuh dalam lingkungan katolik yang taat terlebih lagi kedua orang tuanya.
"Saya tidak bisa menjadi Muslim ketika kedua orang tua saya masih hidup . Saya pikir itu akan menyakiti mereka terlalu banyak, " akunya.
Seiring waktu berlalu, keinginannya untuk menjadi Muslim kembali tumbuh setelah Ia mendapatkannnya dirinya dalam keadaan yang cukup terpuruk. Ia mengalami kegagalan dalam berumah tangga dan kedua orang tuanya meninggal karena penyakit kanker.
Situasi ini menajdi titik balik dalam hidupnya. Mulai tahun lalu, Ia yang tinggal sendirian di Texas mulai mencari tahu Islam dengan mendatangi masjid lokal. Akan tetapi hal ini bukan tanpa kendala dimana hampir semua masjid disana menyampaikan khotbhahnya dalam bahasa Arab.
Meski begitu, ia tak patah arang mengingat Ia mulai mantap untuk memeluk Islam. Ia pun lantas belajar Arab dengan inten mendatangi masjid-masjid lokal di sana. "Saya akan pergi ke masjid lokal dan mencoba untuk belajar bahasa Arab," katanya.
Mulai tahun lalu pun Ia sudah menasbihkan dirinya sebagai Muslim. Mulai tahun lalu pun Ia terus menyelami Islam lebih dalam lagi hingga sekarang.
Bahkan untuk lebih memperdalam lagi mengenai Islam, kini Ia berada di Irak. Allen merasa dengan begini akan lebih mudah untuk menerapkan Islam. "Saya pikir saya akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengajar Islam tapi melelahkan .
Seharusnya saya Islam sejak lama , " katanya . Setiap minggu, kini Ia menghadiri shalat Jumat dan duduk dengan sabar bersama pria lainnya mendengarkan khotbah dalam bahasa Kurdi. "Di Suly (Sulaymaniyah), adzan terdengar seperti membuka pintu garasi. Aku pernah mendengar melodi yang lebih merdu di Istanbul," katanya sembari tertawa .
"Aku akan merindukan menggunakan kata-kata seperti Alhamdulilah dan Masya Allah dalam percakapan sehari-hari ketika kembali ke Texas. Aku tidak bisa melakukan ini di Amerika dengan semua orang," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment