Komplotan pencuri sepeda motor semakin cerdik. Para pelaku mulai meninggalkan cara lama menggunakan kunci letter T untuk merampas motor korban. Kini, pelaku memilih menggunakan pelumas yang biasa disebut di kalangan pemetik sebagai "cairan setan".
Cairan tersebut hasil racikan dari beberapa bahan kimia yang bisa membuat baja, besi, atau aluminium pada kunci motor menjadi terkorosi. Bila terkena cairan ini, benda akan terkikis dan kunci motor atau kunci pengamanan pada kendaraan akan mudah dibuka.
Bagaimana pelaku menjalankan aksinya? Biasanya, pelaku memasukkan "cairan setan" dengan menggunakan jarum suntik.
Modus ini dianggap lebih mudah dan tidak menimbulkan kecurigaan. Karena, pelaku tetap menggunakan kunci biasa, dan bukan kunci letter T, yang membutuhkan tenaga besar untuk merusak kunci motor.
Cara instan itu diduga digunakan lima kawanan pencuri motor yang baru-baru ini diamankan petugas Polsek Metro Sawah Besar. Pelaku yang ditangkap terdiri atas kelompok Cengkareng, yakni MA alias Doyok, Ma alias Babeh, AL, dan kelompok Bahari terdiri atas TR alias Yanto dan TJP.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Sawah Besah, Iptu Reza Fahlevi , mengatakan, para pelaku ditangkap karena sering beraksi di kawasan Jakarta Pusat.
"Biasanya, mereka mengincar kendaraan yang diparkir di garasi rumah. Setiap kali beraksi, kawanan ini juga membawa senjata api dan senjata tajam untuk mengancam korban," ujar Reza.
Apa itu "cairan setan"
Marketing Manager di Laboratorium Afiliasi Kimia Universitas Indonesia, Puji Yanto, mengatakan, "cairan setan" diduga kuat kumpulan dari cairan asam. Biasanya, cairan tersebut digunakan untuk analisis kimia atau penelitian di laboratorium dan industri.
Untuk kasus yang terjadi di Sawah Besar, dia belum mengetahui jenis asam apa yang dicampurkan oleh pelaku. "Tapi, yang jelas ini pasti cairan asam. Ada beberapa jenis yang dimungkinkan digunakan pelaku. Bisa jadi, ini jenis asam nitrat, asam klorida, atau asam sulfat,” ujar Puji pada VIVAnews.
Puji menjelaskan, asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida (HCL) memiliki sifat yang berbeda. Misalnya, asam nitrat biasa digunakan di bagian metalurgi dan pengilangan, karena dapat bereaksi dengan metal.
Ketika dicampurkan dengan asam klorida, campuran ini akan membentuk aqua regia, satu dari sedikit reagen yang dapat melarutkan emas dan platinum.
Sementara itu, asam klorida merupakan larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCL) yang biasa digunakan untuk keperluan industri. Asam klorida harus ditangani dengan keselamatan yang tinggi, karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Berbeda dengan asam klorida, asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbadingan. Ini juga merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Puji menambahkan, asam sulfat memang berbahaya bila terkena pada jaringan seperti kulit. Efek yang ditimbulkan akibat sifat asam sulfat sebagai senyawa korosif dan penarik air yang kuat, dapat menyebabkan kulit seperti terkena luka bakar.
Namun, luka bakar akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya. Ini karena adanya tambahan kerusakan jaringan oleh senyawa H dan O dari jaringan ditarik sebagai H2O (dehidrasi). Selain itu, akan terjadi kerusakan termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.
Selain berbahaya untuk kulit dan jaringan, asam sulfat pekat berasap (Oleum) juga membahayakan pernapasan. Bila terjadi kecelakaan terpapar asam sulfat pada kulit harus dilakukan penanganan yang cepat dan benar.
Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat ke kulit adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air sebanyak-banyaknya dan yang terpenting air harus mengalir.
Pembilasan dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit untuk mendinginkan jaringan di sekitar luka bakar asam dan guna menghindari kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam sulfat harus dilepaskan dengan segera dan bilas kulit yang berkontak dengan pakaian tersebut.
“Untuk itu, cairan ini tidak dijual bebas di pasaran. Hanya untuk keperluan analisis kimia dan industri,” kata Puji Yanto.
Bagaimana pelaku menjalankan aksinya? Biasanya, pelaku memasukkan "cairan setan" dengan menggunakan jarum suntik.
Modus ini dianggap lebih mudah dan tidak menimbulkan kecurigaan. Karena, pelaku tetap menggunakan kunci biasa, dan bukan kunci letter T, yang membutuhkan tenaga besar untuk merusak kunci motor.
Cara instan itu diduga digunakan lima kawanan pencuri motor yang baru-baru ini diamankan petugas Polsek Metro Sawah Besar. Pelaku yang ditangkap terdiri atas kelompok Cengkareng, yakni MA alias Doyok, Ma alias Babeh, AL, dan kelompok Bahari terdiri atas TR alias Yanto dan TJP.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Sawah Besah, Iptu Reza Fahlevi , mengatakan, para pelaku ditangkap karena sering beraksi di kawasan Jakarta Pusat.
"Biasanya, mereka mengincar kendaraan yang diparkir di garasi rumah. Setiap kali beraksi, kawanan ini juga membawa senjata api dan senjata tajam untuk mengancam korban," ujar Reza.
Apa itu "cairan setan"
Marketing Manager di Laboratorium Afiliasi Kimia Universitas Indonesia, Puji Yanto, mengatakan, "cairan setan" diduga kuat kumpulan dari cairan asam. Biasanya, cairan tersebut digunakan untuk analisis kimia atau penelitian di laboratorium dan industri.
Untuk kasus yang terjadi di Sawah Besar, dia belum mengetahui jenis asam apa yang dicampurkan oleh pelaku. "Tapi, yang jelas ini pasti cairan asam. Ada beberapa jenis yang dimungkinkan digunakan pelaku. Bisa jadi, ini jenis asam nitrat, asam klorida, atau asam sulfat,” ujar Puji pada VIVAnews.
Puji menjelaskan, asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida (HCL) memiliki sifat yang berbeda. Misalnya, asam nitrat biasa digunakan di bagian metalurgi dan pengilangan, karena dapat bereaksi dengan metal.
Ketika dicampurkan dengan asam klorida, campuran ini akan membentuk aqua regia, satu dari sedikit reagen yang dapat melarutkan emas dan platinum.
Sementara itu, asam klorida merupakan larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCL) yang biasa digunakan untuk keperluan industri. Asam klorida harus ditangani dengan keselamatan yang tinggi, karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Berbeda dengan asam klorida, asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbadingan. Ini juga merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Puji menambahkan, asam sulfat memang berbahaya bila terkena pada jaringan seperti kulit. Efek yang ditimbulkan akibat sifat asam sulfat sebagai senyawa korosif dan penarik air yang kuat, dapat menyebabkan kulit seperti terkena luka bakar.
Namun, luka bakar akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya. Ini karena adanya tambahan kerusakan jaringan oleh senyawa H dan O dari jaringan ditarik sebagai H2O (dehidrasi). Selain itu, akan terjadi kerusakan termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.
Selain berbahaya untuk kulit dan jaringan, asam sulfat pekat berasap (Oleum) juga membahayakan pernapasan. Bila terjadi kecelakaan terpapar asam sulfat pada kulit harus dilakukan penanganan yang cepat dan benar.
Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat ke kulit adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air sebanyak-banyaknya dan yang terpenting air harus mengalir.
Pembilasan dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit untuk mendinginkan jaringan di sekitar luka bakar asam dan guna menghindari kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam sulfat harus dilepaskan dengan segera dan bilas kulit yang berkontak dengan pakaian tersebut.
“Untuk itu, cairan ini tidak dijual bebas di pasaran. Hanya untuk keperluan analisis kimia dan industri,” kata Puji Yanto.
No comments:
Post a Comment