ANALISIS gene berbagai parasit malaria menunjuk Kamboja barat sebagai hotspot jenis parasit yang sangat resisten terhadap artesiminin, obat utama melawan penyakit tersebut.
Sebuah konsorsium periset internasional menungkapkan kode genetik 825 sampel parasiet Plasmodium falciparum dari Burkina Faso, Gambia, Ghana, Mali, Thailand, Vietnam dan dari Kamboja timurlaut dan barat.
Sebanyak 166 sampel dari Kamboja barat sangat mencuat, ungkap tim tadi dalam jurnal Nature Genetics.
Turut tercantum dalam laporan tadi adalah tiga parasit sub-populasi yang mutasi genetiknya membuat mereka resisten atau kebal terhadap artesiminin.
Strain-strain ini tampaknya jadi sumber resistensi malaria yang kini merebak ke berbagai negara lain. “Resistensi klinis terhadap artesiminin dan derifatifnya kini telah diketahui jelas di populasi P.falciparum di Kamboja barat dan tampaknya kini muncul di wilayah-wilayah tetangganya,” ujar laporan tadi.
“Perkembangan terbaru itu memiliki berbagai implikasi terhadap kesehatan publik, karena derifatif artemisinin merupakan obat utama di seluruh dunia dalam mengatasi malaria.”
Gelombang
Kamboja barat telah melepaskan “serangkaian gelombang global” resistensi obat antimalaria, papar para peneliti.
Resistensi terhadap obat chloroquine diobservasi di sana menjelang akhir tahun 1950-an sebelum hal itu merebak ke seluruh dunia, dan bentuk resistensi paling umum terhadap obat pyrimethamine dan fulfadoxine juga diperkirakan berasal dari sana.
Penelitian tadi menyodorkan sejumlah alasan mengapa area itu yang secara geografis kecil jadi begitu tak lazim.
Parasit-parasit ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles, dan suatu langkah krusial yang tengah dilakukan bertujuan mengetahui bagaimana parasit-parasit itu saling bertukar gen di antara nyamuk.
Dalam kasus Kamboja itu, parasit-parasit mengalami pembiakan internal yang menciptakan garis silsilah dengan mutasi-mutasi kebal obat, ungkap studi tadi.
isolasi
Pembiakan semacam itu secara tipikal berasal dari isolasi. Satu skenario menyebut bahwa sekelompok parasit menjadi terisolasi di sebuah area terpencil dalam hutan. Skenario lainnya adalah bahwa periode perlawanan Khmer Merah pada tahun 1979-1998 di Kamboja barat membatasi gerak-gerik manusia.
Karena parasit itu tidak dapat bergerak leluasa dari area tersebut melalui manusia yang dijangkiti, hal ini memberikan berbagai kondisi istimewa terjadinya pembiakan internal.
Malaria menyebabkan sekira 650.000 kematian setiap tahunnya, utamanya anak-anak Afrika usia di bawah lima tahun, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) PBB. Parasit kebal terhadap artemisinin muncul di perbatasan Thailand-Kamboja sekira sembilan tahun lalu dan kemudian ditemukan di Thailand barat, Myanmar dan Vietnam.
Sumber : http://www.analisadaily.com/news/2013/13303/1367490314/
No comments:
Post a Comment