Wednesday, January 15, 2014

Hindari Macet Dengan Membiasakan Bangun Pagi

Bila Bulan Bersisa Di Langit Barat

Wahai remaja...

Bila bulan masih bersisa di langit barat, itulah saat-saat untuk bersiap. Saat-saat dimana suara alam masih terdengar. Belum tercemar bau dan asap knalpot serta klakson yang terdengar maraton. Mungkin kamu masih akan mencim bau tanah yang segar. Mungkin kamu masih bisa mendengar sisa-sisa suara burung dari alam bebas. Dan pasti kamu tak akan terlambat datang di sekolah. Tak terjebak dalam arus kemacetan total yang hanya menghabiskan daya tahan tubuh, dan menguras semua kesabaran yang tersedia.

Bila bulan masih tersisa di langit barat, bahkan sopir bis kota atau angkutan umum yang paling garang pun, masih tersenyum. Atau bersenandung, dengan suara pagi. Bukan deruman mesin garang yang berkelojotan.

Sumpah serapah terdengar disaat kemacetan jalan. Yang selalu terjadi, yang menjadi rutin di setiap pagi. Bukan hanya di jalan-jalan utama, tetapi juga di jalan-jalan biasa. Pertumbuhan perumahan di daerah pinggiran, kesibukan yang sama pagi hari di saat semua bergegas: ke kantor, ke sekolah, ke pabrik, ke pool, ke pasar, menumpuk jadi satu. Membusuk di perempatan, di pertigaan. Saat ada lampu merah, saat peluit pak polisi makin memekakkan telinga.

kemacetan
Kemacetan Pagi Hari Di Bandung (by: Muhammad Arif)

Saat semacam itu selalu terulang. Saat seperti itu, kebiasaan buruk pun muncul. Tangan yang gelisah, pikirannya yang menyelonong ke tujuan tapi badan masih di jalanan, berakhir dengan kebiasaan baru. Wajah cemberut, memaki, dan mengambil rokok. Atau di kereta angkutan, kartu gaple dimainkan, coret-coret dilakukan.

Menjadi lebih buruk lagi, jika ini semua menjadi kebiasaan. Asap rokok terus dikepulkan, meskipun kemacetan tak ada lagi. Wajah cemberut tetap dipasang. Dan betapa enaknya datang ke sekolah, ke pertemuan, hanya dengan alasan jalan macet. Dengan alasan yang seolah membenarkan dari rasa bersalah.

ibu-ibu penjual sayur
Ibu Tua Penjual Sayur (pict from here)

Bila bulan masih bersisa di langit barat, sudah sejak lama menjadi sahabat para penjual sayur. Mbakyu-mbakyu inilah yang dalam puisi Hartoyo Andangjaya disebut sebagai: “wanita-wanita yang perkasa.” Loper koran, tukang roti juga sahabat lama.

Dan betapa sesungguhnya, kaum remaja bisa menjadi sahabatnya pula. Dengan langkah itu, kemacetan utama yang menjadi kebiasaan yang tak terelakkan ini bisa dikalahkan. Sumbangan kaum remaja sangat besar, mengingat jumlah mereka juga besar dengan jam yang sama ketika menggunakan jalan yang sama.

Bila bulan masih bersisa adalah jurus yang mampu mengatasi problem ini, sebelum pemerintah bisa mengimbangi panjang jalan dengan jumlah kendaraan, sebelum disiplin lalu lintas terjalin, sebelum segala peraturan yang ruwet pelaksanaannya diciptakan. Operasi Lancar tidak dimulai di jalanan, tetapi dari rumah. Dari kaum remaja. Kamulah yang bisa menjadi contoh pertama.

Bila bulan masih bersisa sobat, masih kamu rasakan ketentraman dan kedamaian. Suara bergesernya daun, suara angin, suara serangga. Itulah suara alam.

Barang siapa mampu mendengar suara alam, ia mampu berkomunikasi dengan alam. Dan ia menjadi bagian dari alam yang murni, menjadi bagian dari kedamaian dan ketentraman.

Herman Hesse (pict from here)

Herman Hesse, sastrawan Jerman yang meraih hadiah Nobel, menuliskan dalam novelnya, Siddharta. Tentang seorang putra mahkota yang hidupnya bergelimpangan kemewahan, akan tetapi memilih hidup sebagai penyeberang rakit. Sebab dengan begitu ia masih mendengar suara alam. Sebab dengan begitu ia bisa bercakap dengan batu, tanah pinggir sungai, dan saling mendongeng dengan riak air. Dan itu semua membuatnya hidup bahagia. Itulah gambaran cara menghapus penderitaan di dunia dari Sang Buddha. Menurut sang sastrawan dalam novelnya.

Kita belum sampai di tingkatan menghapus penderitaan manusia yang temanya begitu besar. Dengan bangun pagi, dengan berangkat ketika bulan masih tersisa, kita menghapus salah satu halangan besar: kemacetan lalu lintas. Tanpa kehilangan apa-apa. Malah dengan pikiran yang masih segar, masih “fresh from the oven”, malah bisa lebih mengenal lingkungan, dan siapa tahu sempat merenung dan menemukan sesuatu ilham yang berarti.

Sobat remaja Penghuni 60,
Bila bulan masih bersisa di langit barat, akankah kamu melihatnya sobat?

Semoga, dengan artikel ini, kalian akan lebih mencintai "bangun pagi". Lihatlah ayam, jangan pernah kalah dengan ayam.... ^_^




Signp60


(HAI No. 40/1984)

No comments:

Post a Comment