Betapa setiap detik kulalui hanya untuk menunggumu di sini
Aku hampir gak mau melepas sedetik pun terlewati tanpa melihatmu
Meski aku harus menunggu
Sampai tetes terakhir ku sruput es rumput dari gelasku ini
Disinilah semua itu bermula. Disinilah cinta manis itu akhirnya aku temukan. Di sinilah akhirnya ku tambatkan hatiku pada seorang gadis manis yang baru pertama kali aku melihatnya. Ya, di sini, di sebuah cafe kecil milik temanku yang bernama Andi. Yang terletak di pinggir jalan berdekatan dengan tempat pemberhentian angkot. Yang setiap hari selalu menemani hari-hariku saat aku belum menemukan pekerjaan yang tetap.
Siang itu, aku baru saja melalui hari yang cukup berat, ku seka keringat di dahiku, ku longgarkan kancing kemeja putihku, lalu aku melangkah gontai menuju gerobak es rumput laut yang sudah nampak dekat di mataku. Sapaan khas terdengar dari jauh,
“Rapih amat, Wan, dari mana, nglamar kerja ya, dapet?” sapa Andi, si pemilik Cafe rumput laut itu. Entah kenapa aku lebih senang menyebutnya Cafe ketimbang warung atau kedai. Biar kerenan dikiit.. hehe..
Aku balas dengan senyum yang aku paksain, lalu duduk dibangku panjang yang sudah tak asing lagi denganku. Ku lepaskan tas hitam yang sedari tadi melingkar di pundakku. Tanpa aku sadari, di sebelah kananku sudah duduk seorang gadis berjilbab yang mungkin sudah sedari tadi disitu. Dia duduk agak jauhan denganku, tepatnya diujung kanan bangku panjang ini. Mukanya tertunduk, sembari menikmati segelas minuman yang ada di depannya.
Aku berusaha melirik wajah gadis itu. Ups, lirikanku gagal karena terhalang badan Andi yang menghampiriku lalu duduk di sebelah kananku, “gimana Wan?”
Aku menghela nafas, aku tau arah pertanyaannya menuju kemana, “gagal Di, tinggi badanku gak sampe,” jawabku ketus.
“Ya udah yang sabar aja, belum rejekinya kali, mau minum apa nih?”
“Biasa aja, rumput laut, tapi gak pake lautnya ya..”
“Tenang aja, disini rumputnya praktis kok, tinggal ngambil aja tuh di depan gerobak...”
“Sialan.. emangnya aku kambing..”
Gak disangka, gurauanku barusan rupanya nyetrum ke telinga gadis berjilbab itu. Samar aku dengar suara ketawa kecil keluar dari mulutnya. Aku pun menoleh, dalam waktu bersamaan gadis berjilbab itu pun menoleh juga ke arahku, tanpa ada yang menghalangi lagi, kedua mataku ini pun akhirnya bertemu dengan kedua bola mata indah gadis itu. Sesaat aku rasakan waktu seolah berhenti.
Benarkah yang aku lihat ini? Bidadarikah? Atau... aku hanya mimpi?
Aku tersadar dari lamunanku sejenak tadi saat Andi datang bersama segelas es rumput laut kesukaanku itu. Selang beberapa menit mendadak gadis berjilbab itu bangkit dari duduknya lalu memanggil temanku sambil menyodorkan sejumlah uang, dan berlalu pergi meninggalkanku. Jauh. Semakin jauh, dan lenyap dibalik pintu sebuah angkot yang berwarna kuning.
Aaakh, bodohnya aku! Kenapa aku lewatkan begitu saja kesempatan tadi? Kenapa aku tidak berkenalan dengannya. Sungguh bodoh aku!
“Eh, Di, gadis berjilbab yang imut tadi siapa Di? Kamu kenal ya?”
“Sering mampir kesini kok.”
“Sering??? yang bener Di?”
“Iya, dia kan lagi kursus komputer di BSC, tiap pulang kursus pasti mampir kesini.”
“Namanya siapa Di?”
“Siapa ya.. aduuuh, lupa Wan.. tar aja deh kalo kesini lagi nanya..”
“Bener ya, skalian tanyain no hapenya donk Di..”
“Hayooo...naksir ya..”
Pertanyaan terakhir itu cuma aku balas dengan senyam senyum tipis yang agak malu-malu gitu deh..
Andi itu teman baikku satu-satunya yang paling baik di dunia ini. Kenapa aku bilang gitu, karena dia tuh tempat curhatku yang paling aman sedunia. Tak jarang kita seringkali tukar pikiran, berbagi cerita ini-dan itu, sampe hal-hal yang berbau cinta dan jodoh segala, selain itu Andi juga rajin dan pandai mengaji, itulah yang membuat aku kagum.. Tapi yang lebih bikin aku kagum lagi, adalah semangatnya berjualan es rumput laut tak pernah pudar sampe sekarang.
Sejak pandangan pertama itu. Aku seolah-olah menemukan sesuatu yang selama ini aku cari. Raut wajah itu seolah tak asing di mataku. Hingga tanpa aku sadari, setiap detik waktu berlalu membuatku ingin lagi, lagi, dan lagi bertemu dengan bola mata indah itu lagi.
Singkat cerita, satu bulan, dua bulan, tiga bulan akhirnya aku berhasil memperoleh nama dan no hapenya. Empat bulan, lima bulan hingga bulan ketujuh akhirnya kita pun resmi 'jadian'. Aku dan gadis berjilbab yang imut itu kini menjadi sepasang kekasih. Sungguh, ini tanpa pernah aku sangka-sangka sebelumnya. Hari-hari indah pun kini menjadi milik kita berdua. Meskipun kita hanya bisa bertemu sebulan 2 kali saja. Namun itu tak pernah menyurutkan cinta kasih kita berdua.
Setahun pun berlalu, lika-liku pahit manisnya cinta sudah kita lalui berdua. Hingga timbul di hati ini untuk menjadikannya sebagai pelabuhan terakhirku. Ku temui kedua orang tuanya. Dan restu kedua orang tuanya pun akhirnya aku dapatkan. Senang rasanya saat itu. Hingga tepat setahun kemudian, dia resmi menjadi istriku. Menjadi pendamping hidupku selama-lamanya. Dan menjadi ibu dari generasi penerus Penghuni 60 kelak..
Satu hal yang tak terlupakan, saat pandangan pertama di cafe es rumput laut itu...
“Pandangan Pertama Special Untuk Langkah Catatanku”
No comments:
Post a Comment