Showing posts with label Kebudayaan. Show all posts
Showing posts with label Kebudayaan. Show all posts

Sunday, April 6, 2014

Misteri Pembuatan Piramida Di Mesir

Jika berbicara tentang Mesir, ada satu bangunan yang paling terkenal yang akan segera terbayang di benak Anda, yaitu Piramida. Piramida di Mesir, memang kerap kali mengundang banyak pertanyaan, terutama bagi para arkeolog. Mulai dari untuk tujuan apakah Piramida itu dibangun, sampai kepada siapakah yang telah membangunnya? Semua pertanyaan-pertanyaan itu masih menjadi misteri yang belum terjawabkan secara pasti.

Contohnya pembangunan Great Piramida di Giza. Bayangkan sendiri oleh sobat Penghuni 60, menurut keadaan saat itu serta berdasarkan kesimpulan para arkeolog, bahwa penduduk Mesir saat itu mencapai 50 juta orang. Sedangkan, pembangunan Piramida terjadi pada tahun 3.000 SM, yang mana saat itu jumlah penduduknya sekitar 20 juta orang. Lalu siapa sisanya yang 30 juta orang?

Misteri Pembuatan Piramida Di Mesir

Disinilah, teori-teori mulai diungkapkan. Dari sekian banyak teori yang ada, dua diantaranya mendapatkan banyak dukungan tentang kebenarannya. Berikut kedua teori itu:

1. 30 juta orang misterius itu bisa jadi Alien dari planet lain

Memang teori ini sebenarnya agak konyol, tapi sampai detik ini pun misteri tentang keberadaan Alien dari planet lain belum bisa dibuktikan kebenarannya. Namun perlu diketahui, laporan tertua mengenai adanya pesawat dari luar angkasa yang mendarat di bumi ini asalnya dari abad ke-15 sebelum Masehi, yaitu ditemukan dalam sebuah tulisan Mesir kuno atau biasa dikenal dengan papirus, yang mana tulisan kuno tersebut merupakan cuplikan yang berasal dari dalam buku harian Raja Thutmosis III yang berkuasa pada tahun 1504-1450 SM. Raja Thutmosis III merupakan raja Mesir terbesar di masa lalu yang memiliki daerah kekuasaan hingga ke sungai Euphrat dan Sudan.


Dalam laporan itu menunjukkan kejadian yang terjadi saat Thutmosis III sedang melakukan ekspedisi penaklukkan yang ia pimpin secara langsung. Nah, dalam perjalanannya itulah Thutmosis III sempat melihat adanya sebuah lingkaran api yang muncul terbang di angkasa dengan panjang sekitar 1 rod atau ± 5 meter tanpa mengeluarkan suara bising serta bergerak sangat perlahan namun bertambah tinggi dan terus naik ke angkasa menuju ke Selatan kemudian menghilang ditelan kegelapan malam.

Dari situlah timbul teori bahwa alien memang sudah mulai mengunjungi bumi sejak jaman dahulu kala.

Lalu hal menarik lainnya juga ditemukan pada analisa pengukuran ketinggian Piramida di Giza yang jika dikalikan dengan angka 1 milyar, maka akan diperoleh jumlah 148.208.000 km, angka jumlah tersebut ternyata sangat mendekati angka jarak antara Bumi ke Matahari yaitu 149.450.000 km. Apakah ini hanya kebetulan semata?

Sekarang kita beralih kepada contoh menarik lainnya. Ada sebuah pulau terkenal dengan nama Elefantine atau Gajah di Mesir. Konon katanya, pulau tersebut sudah sejak dulu kala bernama Pulau Gajah. Pulau ini mungkin diberikan nama tersebut sesuai dengan bentuknya, terutama jika dilihat dari atas langit, yang mana pulau ini menyerupai gading seekor gajah. Lalu, darimana orang Mesir kuno bisa memberi nama “Gajah” untuk pulau itu? Apakah ini juga kebetulan yang kedua? Hmm, terlalu banyak kejadian-kejadian yang mengarah kepada 'kebetulan'. Apakah tidak ada penjelasan secara ilmiahnya?

Teori ini pun masih menjadi misteri.

2. Piramida itu dibangun jauh lebih awal dari yang diperkirakan

Dalam teori kedua ini, ilmuwan memperkirakan keadaan Mesir sekitar ribuan tahun yang lalu. Menurut mereka, Mesir pada ribuan tahun lalu itu dihuni oleh suatu bangsa yang mempunyai teknologi tinggi serba canggih. Namun sayangnya, bangsa yang berteknologi tinggi ini pun akhirnya musnah terkena bencana Nuh, yaitu berupa banjir besar melanda muka bumi ini.


Menurut ilmuwan pula, ketika kita melihat pada badan patung Sphinx, maka kita akan menemukan bekas termakan karat atau erosi. Nah, dari sinilah akhirnya ilmuwan pun berprediksi bahwa patung Sphinx itu mungkin dibuat jauh lebih awal, kemungkinan ribuan sampai puluhan ribu tahun yang silam sebelum masehi.

John Washeth, seorang sarjana yang menjadi penulis buku berjudul "Ular Angkasa" mengungkapkan pendapatnya mengenai bangunan piramida dan patung Sphinx. Katanya, kedua bangunan tersebut jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan lainnya sangatlah jauh berbeda, John memperkirakan keduanya dibangun pada masa yang jauh lebih silam.

Dalam buku yang ia tulis juga mengatakan, "perkembangan kebudayaan Mesir, mempunyai kemungkinan tidak berasal dari wilayah aliran sungai Nil, akan tetapi mungkin juga berasal dari kebudayaan yang jauh lebih awal lagi."


Swalle Rubich, seorang ahli ilmu pasti pun ikut berpendapat, ia menuangkan pendapatnya dalam buku "Ilmu Pengetahuan Kudus". Disitu ia mengungkapkan bahwa pada tahun 11.000 SM budaya Mesir kemungkinan adalah sebuah budaya yang hebat. Dan di saat itu patung Sphinx memang belum ada, terbukti dari adanya bekas erosi yang ditemukan pada badan Sphinx. Bekas erosi itu menunjukkan bahwa telah terjadi banjir yang sangat besar dan hebat, sehingga ketinggiannya mampu mencapai badan Sphinx.

Lalu jika kita memperhatikan Piramida Khufu yang berada di Giza. Bangunan tersebut adalah bangunan batu dengan berbagai ruangan di dalamnya yang memiliki luas 4.072 meter persegi. Jika kita perhatikan balok batu yang digunakan untuk membangunnya itu berjumlah 2,3 juta batu. Yang mana masing-masing batu memiliki berat berbeda berkisar antara 2,5 ton hingga 50 ton. Anehnya, batu-batu ini sanggup disusun hingga mencapai tinggi 481 kaki.

Kalo dipikir-pikir, bagaimana cara mereka membawa batu-batu itu? Sebuah teori mengatakan mereka membawa batu itu dengan menggunakan batang-batang pohon yang dijajar lalu digelindingkan. Jika memang seperti itu pastinya akan membutuhkan ratusan ribu jumlah batang kayu. Lalu darimana Fir'aun Mesir bisa mendapatkan semua batang kayu itu?

Dan yang lebih membuat kita tidak habis pikir, adalah bagaimana cara mereka mengangkat batu-batu berat itu hingga sampai ke atas? Juga bagaimana mereka memotong-motong batu itu hingga terbentuk sudut yang tegak disebelah Tenggara, hanya setengah inci lebih tinggi dari sudut yang ada di bagian Barat Laut. Agak mustahil memang?

Namun, tetap saja teori ini masih menjadi misteri.

Kedua teori di atas, memang lebih banyak diterima oleh para ilmuwan, meskipun bukti-bukti yang pasti masih terus dicari sampai sekarang. Sama halnya dengan keberadaan Candi Borobudur di negara kita, yang juga masih menyimpan banyak teka-teki. Apakah bangunan-bangunan besar pada masa lalu, memang sengaja dibangun untuk tujuan tertentu? Apakah tujuan tertentu itu menyangkut tentang astronomi? Ataukah ada tujuan yang lain yang masih belum terungkap?



Signp60


Friday, March 14, 2014

Misteri Suku Sentinel Yang Mengasingkan Diri

Apakah sobat Penghuni 60 termasuk penggemar film Transformers? Jika iya, pasti sobat masih ingat dengan sosok robot jahat yang dengan begitu ganasnya mengkhianati kaumnya sendiri. Robot itu bernama "Sentinel". Kata sentinel memang kerapkali ditemukan pada film-film fiksi ataupun cerita-cerita dokumenter.

Rupanya, kata sentinel sendiri memiliki hubungan yang erat dengan suatu kehidupan kelompok suku pedalaman yang lebih memilih mengasingkan diri mereka dari dunia luar. Suku ini pun bernama Suku Sentinel. Suku sentinel ini sudah terkenal di dunia dikarenakan kehidupan mereka yang masih jauh dari kata modern. Mereka lebih menyukai hidup yang mengandalkan alam, serta tidak memiliki keinginan untuk berbaur dengan masyarakat luar. Entah mengapa mereka lebih menyukai pengasingan diri mereka itu hingga ribuan tahun lamanya.

Misteri Suku Sentinel Yang Mengasingkan Diri

Suku Sentinel diketahui tidak mengenakan pakaian seperti umumnya. Mereka lebih mengandalkan dedaunan, serta hiasan-hiasan yang terbuat dari tanaman yang merambat. Mereka juga tidak melakukan cocok tanam, sebagian besar hanya mengandalkan apa pun yang diperoleh dari alam. Bahkan alat dan senjata pun terbuat dari batu serta tulang hewan. Jika memang ada logam, itu pun mereka manfaatkan dari kepingan logam yang tidak sengaja terdampar di pantai mereka.

Sentinel Prime
Sentinel Prime di Transformers 3 | Numpang mejeng

Suku Sentinel itu bisa ditemui di kepulauan Andaman, mereka sudah lama mendiami kepulauan itu. Kepulauan Andaman posisinya ada di antara Pulau Sumatera dan India. Kepulauan Andaman ini sempat menarik perhatian seorang sinematografer yang bernama Jack Johnson. Beliau pernah membuat film tentang kepulauan ini.

Pulau Andaman

Berkat film yang dibuat Jack Johnson inilah hingga banyak para wisatawan yang tertarik ingin mengunjungi kepulauan Andaman ini, khususnya bagi mereka yang peselancar. Di kepulauan yang memiliki 5 etnis tersebut, salah satunya masih misteri. Satu etnis misteri itulah yang bernama Sentinel, mereka memilih mengasingkan diri serta menolak kedatangan orang-orang asing ke pulau mereka. Bagi orang asing yang coba-coba memasuki kawasan tersebut dipastikan akan mendapat serangan yang tak terduga dari suku ini.

Dalam dokumen Arab dan Persia ratusan tahun yang silam juga melaporkan mengenai keberadaan penghuni  pulau Andaman ini. Katanya penghuni yang ada di pulau tersebut merupakan suku-suku yang terkenal ganas. Para penjelajah asal India dan Eropa pun enggan untuk mendekati suku-suku itu. Dan seorang Marco Polo yang terkenal sekalipun juga menuliskan pendapatnya, bahwa suku tersebut merupakan yang paling kejam dan sepertinya doyan memakan orang yang ditangkapnya.

Berbagai usaha kontak sudah banyak yang melakukan, namun tanggapan serupa pun selalu didapatkan. Mereka tetap tidak menerima orang asing mengunjungi pulau mereka. Bahkan tidak jarang mereka harus melepaskan tombak dan anak panah untuk sekedar mengusir orang yang ingin berkunjung ke pulau mereka.

sentinel
Kapal nelayan yang direbut suku Sentinel

sentinel
Suku Sentinel menodongkan senjata untuk mengusir helikopter

Akhirnya, hingga detik ini sudah tidak lagi dilakukan upaya untuk masuk ke pulau itu. Bahkan, jalur untuk masuk ke pulau itu pun kini sangat dilarang keras, untuk menghindari jatuhnya korban jiwa lagi. Pernah kejadian ada dua nelayan yang nyasar ke pulau itu justru berakhir tewas.

Misteri Suku Sentinel Yang Mengasingkan Diri

Disebabkan tidak adanya pengamatan yang dilakukan secara langsung, maka pengetahaun tentang pulau ini pun masih sedikit. Diperkirakan populasi pulau Sentinel Utara tersebut hanya berkisar 250 orang saja. Meskipun bencana tsunami tahun 2004 itu melanda kepulauan Sentinel, anehnya mereka tetap selamat tidak ada yang cedera satupun.
Hidup memanglah pilihan, seperti Suku Sentinel yang sudah memilih hidup mereka untuk jauh dari dunia luar.
Tapi, apakah tidak lebih baik jika kita saling membaur??




Signp60


Thursday, March 6, 2014

Misteri Teka-Teki Tersembunyi Candi Borobudur

Kemegahan Candi Borobudur sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja yang kerap kali mengagumi kehebatan berdirinya Candi ini, bahkan dunia pun mengakuinya hingga menempatkannya dalam deretan daftar "Keajaiban Dunia".

Borobudur adalah candi terbesar yang dimiliki oleh bangsa kita. Diatas tanah dengan luas 15 ribu meter persegi inilah ia berdiri kokoh dengan susunan batu yang berundak 10 tingkat setinggi 42 meter. Total volume batu andesit yang digunakan untuk membentuk susunan ini adalah sebanyak 55 ribu meter kubik. Pada dinding candi terdapat ukiran 1300 gambar relief yang menceritakan tentang Buddha dan Mahabarata. Bila gambar relief ini disusun dengan bentuk memanjang, maka panjangnya akan mencapai 2,5 kilometer. Sungguh sebuah mahakarya seni yang luar biasa.

Misteri Teka-Teki Tersembunyi Candi Borobudur

patung Buddha

Menurut pendapat yang diungkapkan oleh para arkeolog, Diperkirakan bangunan Borobudur ini dibangun sekira tahun 800 M oleh Wangsa Syailendra. Berkat keagungan dan kemegahannya yang terkenal itu, maka Borobudur pun menjadi pusat ziarah Agama Buddha terbesar se-Asia tahun 900 sampai tahun 1000 M.

Timbul sebuah pertanyaan, "Bagaimanakah caranya nenek moyang kita dulu membuat relief dan susunan batu sebesar itu?"

Memang, pada jaman itu tentunya belum ada truk dan alat angkut untuk membantu mengangkut batu-batu dari sungai, maka otomatis mereka pun harus melakukannya sendiri atau paling tidak dibantu oleh kuda. Sungguh sebuah pekerjaan yang teramat menyita waktu, dan menguras banyak tenaga. Dan perlu diketahui, ternyata struktur Candi Borobudur ini tidaklah memakai semen sama sekali, melainkan menggunakan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa menggunakan lem. Ajaib bukan?

Menguak Teka-Teki Tersembunyi

Seperti yang pada umumnya kita ketahui, bahwa Candi Borobudur ini merupakan tempat beribadatnya Agama Buddha. Namun, ada sebuah teka-teki yang berhasil diungkap oleh tim peneliti dari Astronomi ITB bersama-sama dengan rekannya yang bernama Irma Hariawang, seorang Alumnus astronomi yang sempat menjadi Ketua HIMASTRON, mengungkapkan sesuatu yang akan menambah kekaguman kita terhadap Candi Borobudur ini.

Apakah itu?

Sobat Penghuni 60 pernah mengunjungi Candi Borobudur? Jika sobat mengunjungi Candi Borobudur ini, cobalah perhatikan baik-baik letak dari stupa-stupa yang ada pada Candi Borobudur, mulai dari Stupa Utama yang berposisi ditengah-tengah, juga stupa-stupa kecil lainnya yang melingkar disekitar stupa utama. Jika diperhatikan dengan seksama, posisi keseluruhan stupa ini seperti layaknya titik-titik waktu pada sebuah jam.

stupa utama
Stupa Utama

Nah, pernahkah kalian berpikir, bahwa Stupa utama Candi Borobudur itu bisa jadi berfungsi sebagai sebuah penanda waktu.

Mari kita bahas lebih dalam, nenek moyang Bangsa Indonesia semenjak jaman dulu sudah diyakini memakai rasi bintang di langit untuk menentukan waktu, misalnya, masyarakat di Jawa Tengah mengamati rasi bintang Orion sampai terbit diukur pada ketinggian tertentu lalu menjadikannya sebagai patokan dalam masa awal ketika bercocok tanam. Ilmu Astronomi bukanlah sekedar ilmu pengetahuan rekaan belaka bagi nenek moyang kita, sebab nenek moyang kita memperhatikan gerakan bintang, matahari serta bulan sebagai penanda waktu.

relief
Relief Bulan, 7 lingkaran kecil sebagai bintang dan matahari di dinding candi. Seperti gambaran sebuah rasi bintang.

Borobudur bisa saja sebuah bentuk monumen astronomi yang sengaja dibangun bertujuan merekam semua gerakan benda di langit pada masa itu. Untuk membuktikannya kita harus membongkar teka-tekinya terlebih dahulu. Hipotesa didasarkan pada bentuk candi yang terlihat unik. Kalo diamati dari langit, bentuknya sangatlah simetris. Lantai 1 sampai 7 berbentuk persegi sama sisi sedangkan lantai 8 sampai 10 berbentuk lingkaran dengan pusatnya berupa sebuah stupa utama yang memiliki total tinggi 20 meter dan diameter 17 meter. Stupa utama inilah yang menarik perhatian serta memiliki posisi yang unik, dikarenakan berada di pusat lingkaran stupa-stupa yang berukuran kecil. Dari bentuk candi yang simetris inilah (membuat kami berpikir apakah bentuknya seperti sebuah jam?) pada akhirnya muncullah hipotesa bahwa stupa utama candi kemungkinan mempunyai fungsi sebagai sebuah penanda waktu. Layaknya jarum pada jam.

bentuk candi borobudur
Struktur Simetris Candi Borobudur

Awalnya manusia pada jaman dahulu mulai mengenal penanda waktu yang memanfaatkan sinar matahari. Penanda waktu itu pun lalu dikenal dengan nama jam matahari (gomon). Inilah bentuk penanda waktu yang pertama kali digunakan oleh manusia. Sistemnya sangat sederhana, hanya sebuah tongkat yang diletakkan vertikal diatas tanah. Dengan mengamati panjang bayangan tongkat setiap waktu maka dapat digambarkan sebuah pola bayangan tongkat. Nah, pola bayangan tongkat inilah yang digunakan manusia purba untuk menandai waktu.

Untuk menguji kebenaran hipotesa ini, tim peneliti pun melakukan pengamatan di Candi Borobudur. Pengamatan difokuskan kepada bayangan matahari yang terbentuk oleh stupa utama. Lalu, berdasarkan data yang diperoleh selama satu tahun, maka dibuatlah gambar model bayangan stupa utama, ternyata benar, ada pola yang khas tercipta. Hal ini memberanikan kami untuk mengungkapkan bahwa berdasarkan pola tersebut membuktikan,
Candi Borobudur adalah sebuah jam raksasa.
Sungguh menarik!

Bayangan stupa utama dalam satu tahun. mekanisme jam raksasa.

Akan tetapi, penemuan ini tentunya masih harus disesuaikan juga terhadap banyak faktor, misalnya faktor goncangan tektonik, gempa bumi, yang bisa menyebabkan pergeseran letak stupa candi. Dan juga kita belum tau persis stupa-stupa mana saja yang digunakan sebagai penanda waktu.

Satu hal yang pasti, gaya hidup nenek moyang Bangsa Indonesia sudah mengenal astronomi dengan baik dan menerapkannya untuk membantu keseharian hidupnya.

Pertanyaannya adalah, "Apakah benar Candi Borobudur juga berfungsi sebagai jam raksasa di masanya?" Jika memang benar, maka satu teka-teki besar kini telah terungkap.

Good Job, ITB... d(^_^)b



Signp60


(langitselatan, photo kredit: Irma Hariawang)